Kota Impian

/
3 Comments
Selamat malam, good people !

Beberapa hari lalu, gue lagi duduk ama dua manusia sialan sahabat gue. Biasalah, namanya anak gaul, ga duduk di warung kopi sambil menggomak bukan kami namanya. Menggomak? Ya, kami emang bapak-bapak yang hobi menggosip kayak emak-emak. Berbekal dengan modal 10 ribu di dompet dan harapan akan sebuah traktiran secangkir kopi aceh dan nasi goreng, kami yang pada awalnya sedang berdiskusi tentang bahan tes, tiba-tiba membicarakan suatu hal, yang bagi gue sendiri sangat inspiratif untuk tidak dicontoh. *berfikir keras ini maksudnya apa*

Berawal dari sebuah pertanyaan iseng dari gue, kami mulai membicarakan satu mimpi kami. Pertanyaan yang cukup sederhana, seperti "Apa kota yang paling pingin lo kunjungi di dunia ini?". Satu pertanyaan itu udah cukup untuk ngebuat dua manusia ini meletakkan pulpen dan berfikir.

Di satu sisi, gue ngerasa berdosa udah ngebuat mereka jadi ga fokus diskusi. Di sisi lain, gue senang karna pertanyaan simpel tadi bisa ngebuat mereka berhenti beraktivitas. Dari sini gue ngedapet suatu pelajaran psikologis bahwa berfikir tentang suatu harapan membutuhkan suatu masa diam untuk berfikir.

Jawaban pertama yang gue dapet berasal dari manusia berkacamata, bertampang sangat intelektual, namun memiliki hobi olahraga sabun (apa itu olahraga sabun? tanyakan sama mbah surip). "Ibiza!", tanpa ragu dan tanpa dosa manusia ini ngejawab pertanyaan gue, walaupun gue yakin dia kalo dia pergi ke sana itu bakalan bikin dosa. Bagi elo yang anak malam, pasti tau alasan si kawan ini milih itu kota. Gue cuma bisa berharap, kalo setidaknya si kawan ini jadi pergi ke Ibiza, dia ga bakalan buat dosa, tidak tanpa ngajak gue tentunya!

*ini alasan pertamanya*

*ini alasan sebenarnya*

Jawaban kedua yang gue dapet, itu 'Paris'. Manusia dengan pakaian yang sangat mirip dengan pak kades ini gue akui cukup untuk ngebuat gue terdiam. Dengan alasan yang cukup sederhana, yakni : "Kedamaian dan kurasa nyaman. Aku suka sesuatu yang nyaman". Gue makin terdiam. Gue berfikir, entah kades mana yang pengen ke Paris. Setau gue kades cuma pigi ke desa sebelah, itupun untuk duduk main batu dam. #kelakuan

*kokoh berdiri tegak. tolong itu otak jangan negatip*

Untuk jawaban kedua, gue setuju ama dia. Paris itu entah sejak kapan jadi kota tujuan gue, terutama Eiffel Tower. Mungkin waktu itu gue yang terlalu gaul dan terpengaruh dengan film "Epel aim in lop" yang gue tonton sewaktu smp. Gue selalu ngerasa, Eiffel Tower dengan lampunya saat malam hari ngebentuk suatu harapan yang kokoh bagi banyak orang. Berkali-kali gue ngeliat foto Eiffel Tower saat malam hari, dan gue ngerasain sesuatu. Harapan itu indah. Udah itu aja :')

*momen paling gue pengen*

Dari banyak hal, gue belajar. Harapan itu bukan cuma untuk di angan belaka. Kita harus ngelangkah dan ngebuat itu menjadi suatu kenyataan. Gue pernah ngedenger, "Kalo pengen pergi ke suatu tempat, mulailah dengan hal yang paling kecil. Seperti ngebuat gambar tempat itu jadi wallpaper hape atau desktop kompi elo, misalnya". Dan semenjak itu gue ngubah wallpaper hape dan Desktop Background gue jadi dengan foto Miyabi.

Mungkin kali ini gue cuma ngepost tentang harapan gue. Namun suatu hari, gue bakalan ngepost dengan cerita perjalanan gue di Paris, dengan kamu tentunya :) Gue janji ! Insya Allah !

*sholat malam* *berdoa*


You may also like

3 comments:

Most Trending

Powered by Blogger.